KOMPAS.com [9 Oktober 2013]- Beragam penelitian
kemudian nyatanya memang mengungkap beberapa keunikan otak Einstein yang
diduga terkait dengan kecerdasannya. Tahun 1985, peneliti bernama
Marian Diamond mengungkap bahwa otak Einstein memiliki lebih banyak sel
glial sehingga organ tersebut mampu bekerja lebih efektif. Hasil
penelitian ini menarik namun dianggap kurang dapat dipercaya.
Tahun
1995, penelitian lain mengungkap bahwa memiliki bagian lobus parietal
yang ukurannya 15 persen lebih besar dari orang normal dan tidak
memiliki celah yang biasanya didapati pada orang umumnya.
Lobus
parietal bertanggungjawab pada kemampuan spasial dan matematis. Ukuran
yang besar menunjukkan kemampuan matematis yang lebih tinggi. Sementara
dengan tak adanya celah, sel-sel dalam lobus parietal otak Einstein
mampu berkomunikasi lebih cepat sehingga mendukung kemampuan berpikir.
Tahun
2012, hasil penelitian Dean Falk dari Florida State University dan
rekannya menunjukkan bahwa bagian depan otak depan, bagian
somatosensori, motor primer, lobus parietal, korteks temporal, dan
oksipitalis pada otak Einstein istimewa. Dengan keistimewaan itu,
Einstein memiliki kemampuan penglihatan, spasial, dan matematis yang
istimewa.
Riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Brain pada
24 September 2013, seperti diberitakan Huffington Post, kembali
mengungkap keunikan otak sang genius. Riset yang juga dilakukan oleh
Dean Falk tersebut menemukan bahwa corpus callosum, bagian yang
menghubungkan bagian kiri dan kanan otak, unik.
Setelah
membandingkan dengan corpus callosum dari 15 pria tua dan 52 pria yang
lebih muda yang hidup pada tahun 1905, Falk menemukan bahwa bagian
corpus callosum Einstein lebih tebal sehingga mendukung komunikasi
antara dua bagian otak yang lebih baik, membuat Einstein punya
kecerdasan lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar