Cerita di Balik Fisika


Rumus diciptakan melalui sebuah fenomena, bukan kebalikannya. Mengapa asap rokok mengalir ke atas (dari tempat rendah menuju tinggi), tidak seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir? Mengapa bulan tak jatuh menimpa bumi atau matahari tak membakar bumi? Mengapa pada saat posisi terbalik dan dengan ketinggian tertentu di rollercoaster, kita tidak jatuh? Jawabannya takdir. Ya…itu sangat tepat. Tuhan menciptakan semuanya seimbang, serasi dan selaras. Bahkan suatu kehancuran atau kebinasaan pun menuju sebuah keseimbangan yang baru. Tuhan tahu yang terbaik.

Jika semua rumus fisika dihasilkan dari sebuah fenomena, bagaimana dengan keabsahan posultat Einstein? Adakah sesuatu yang setara/melebihi kecepatan cahaya?. Apabila sesuatu, manusia atau yang lainnya mempunyai nilai kecepatan dalam bergerak melebihi nilai massa-nya, maka sesuatu itu akan menampakan diri sebagai gelombang. Jadi kalau kita mempunyai kecepatan cahaya dan bisa jalan-jalan menembus dimensi waktu kita akan terlihat sebagai gelombang. Seperti di film fiksi ilmiah The Time machine, yang menggunakan prinsip-prinsip difraksi dan interferensi. Doraemon dengan kantong ajaibnya dan laci mesin waktu di kamar Nobita. Petualangan amigos dengan mesin waktu di ruang rahasianya. Alexander Hartdegen pemilik mesin waktu yang menembus ke abad 800. Atau serial Lorong Waktu di salah satu saluran televisi yang ada tiap ramadhan beberapa tahun yang lalu. Meskipun baru imajinasi hebat dari sang penulis, Itu fiksi ilmiah, yang mungkin suatu saat nanti akan terwujud pada zamannya. Untuk sekarang pemahaman kita terbatas untuk mewujudkan sebuah mesin waktu. Dan dari keterbatasan itulah kita harus pandai bersyukur.

Sumber : kompasiana.com [diakses tanggal 1 Nov 2013]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar