PERGERAKAN LEMPENG PENYUSUN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI GEOLOGI INDONEIA


Dalam memahami dan mempelajari karakteristik geologi Indonesia, sangat penting untuk ditelusuri sejarah pembentukan awal kepulauan nusantara ini. Rutten yang didukung oleh Van Bemellen menyatakan bahwa awal pemebentukan kepulauan nusantara dapat ditelusuri dari bukti-bukti, yakni dimuali dengan tenggelamnya Zona Anambas, yang merupakan Kontinen Asal, diperkirakan terjadi pada pada 300 juta tahun yang lalu (pada kurun geologi Devon). Tenggelamnya zona Anambas ini mengakibatkan wilayah di sekitarnya mencari keseimbangannya sendiri. Dalam rangka mencari keseimbangan itulah berturut-turut bagian bagian dari muka bumi ini ada yang timbul kembali dan ada yang tenggelam secara perlahan-lahan dalam kurun waktu geologi tertentu.

Untuk sampai pada bentuknya yang sekarang, konon Landas Kontinen Sunda (Indonesia bagian barat) telah mengalami delapan kali/tahap pembentukan daratan (orogenesa). Di bagian Indonesia timur kejadiannya hampir sama dengan bagian barat, Kontinen Asal di bagian timur yang oleh Van Bemmelen disebut Central Banda Basin atau yang kita kenal dengan nama Laut Banda, mengalami pembentukan sebanyak tujuh tahap.


Gambar 1 : Lempeng Penyusun Bumi

Berdasarkan perkembangan geologi tersebut, dapat dinyatakan bahwa wilayah Indonesia dibentuk oleh interaksi setidaknya tiga lempeng penyusun bumi: Lempeng Indo-Australia, Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Eurasia yang merupakan lempeng kontinen. Perbedaan antara lempeng yang disusun oleh lempeng samudera dan kontinen adalah lempeng samudera bersifat basah karena disusun oleh material yang kaya akan unsur Fe, Mg dan Ni, bersifat kaku dan mempunyai berat jenis yang tinggi, sementara lempeng kontinen merupakan lempeng benua yang secara kimia bersifat relatif asam dan mempunyai berat jenis lebih rendah dibandingkan lempeng samudera.

Lempeng-lempeng tadi bergerak satu sama lain di mana pergerakan lempeng-lempeng ini kemudian bertemu pada satu zona tumbukan yang disebut dengan zona subduksi. Interaksi ketiga lempeng tadi mengakibatkan pengaruh pada hampir seluruh kepulauan yang ada di Indonesia, kecuali Kalimantan. Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala–gejala alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan tsunami. Pergerakan lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng, yaitu konvergen, divergen, dan transform (pergeseran).
Batas Divergen : Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Batas Konvergen : Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
Batas Transform : Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Pengaruh dari pergerakan lempeng tadi secara langsung berupa pergerakan kerak bumi di batas pergerakan lempeng tadi yakni menghasilkan lajur gunung api yang memanjang dari Sumatera sampai Nusa Tenggara dan membentuk sebuah rangkaian gunung api. Rangkaian gunung api ini dikenal dengan istilah busur vulkanik dan berhenti di Pulau Sumbawa, kemudian berbelok arah ke Laut Banda menuju arah utara ke daerah Maluku Utara, Sulawesi Utara dan terus ke Filipina. Pergerakan ketiga lempeng tadi juga dapat menimbulkan patahan atau sesar yaitu pergeseran antara dua blok batuan baik secara mendatar, ke atas maupun relatif ke bawah blok lainnya. Patahan atau sesar ini merupakan perpanjangan gaya yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan lempeng utama. Patahan atau sesar inilah yang akan menghasilkan gempa bumi di daratan dan tanah longsor. Akibatnya, bangunan yang ada di atas zona patahan ini sangat rentan mengalami runtuhan.

Patahan atau sesar-sesar ini juga akan mempengaruhi resistensi atau kekuatan pada batuan yang dilewatinya, menyebabkan batuan- batuan tadi menjadi rapuh dan mudah mengalami erosi. Apabila jenis batuan tersebut merupakan batuan yang porous ( berongga), maka akan menimbulkan hal yang lebih fatal lagi. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan air hujan masuk ke dalam rongga batuan dan menyebabkan lama kelamaan batuan tersebut akan mengalami pergerakan massa batuan dalam bentuk blok besar yang menimbulkan tanah longsor, terutama daerah dengan kemiringan lereng yang curam.

Dari segi ilmu kebumian, Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat menarik. Hal ini terlihat dari rupa bumi, jenis dan sebaran endapan mineral serta energi yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itulah, berbagai konsep geologi mulai berkembang di sini, atau mendapatkan tempat yang tepat untuk mengujinya.

Indonesia merupakan wilayah yang memiliki salah satu paparan benua yang terluas di dunia (Paparan Sunda dan Paparan Sahul), dengan satu-satunya pegunungan lipatan tertinggi di daerah tropika sehingga bersalju abadi (Pegunungan Tengah Papua), dan di sini pulalah satu-satunya di dunia terdapat laut antarpulau yang terdalam (Laut Banda dengan kedalaman 5000 meter), dan laut sangat dalam antara dua busur kepulauan (Dalaman Weber yang mencapai kedalaman 7500 meter). Dua jalur gunung api besar dunia bertemu di Nusantara. Beberapa jalur pegunungan lipatan dunia pun saling bertemu di Indonesia. Indonesia pun dibentuk oleh begitu banyaknya biodiversitas Indonesia.

Meskipun Indonesia hanya meliputi sekitar 4% dari luas daratan di Bumi, mempunyai begitu banyak mamalia, 1/8 dari jumlah yang terdapat di dunia. Satu dari enam burung, amfibia, dan reptilia dunia terdapat di Indonesia; satu dari sepuluh tumbuhan dunia terdapat di Indonesia. Indonesia juga memiliki keanekaragaman ekosistem yang lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan negara tropika lainnya. Sejarah geologi dan geomorfologinya yang beranekaragam, dan kisaran ikim dan ketinggiannya telah mengakibatkan terbentuknya banyak jenis hutan daratan dan juga hutan rawa, sabana, hutan bakau dan vegetasi pantai lainnya, gletsyer, danau-danau yang dalam dan dangkal, dan lain-lain.

Salah satu jalur timah terkaya di dunia menjulur sampai di Nusantara, daerahnya mempunyai akumulasi minyak dan gas bumi yang tergolong besar. Meskipun berumur muda, batubara Indonesia yang jumlahnya cukup besar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tak kalah pentingnya adalah endapan nikel dan kromit yang terbawa oleh tesingkapnya kerak Lautan Pasifik di beberapa wilayah di Indonesia Timur.

Bagian tertentu Indonesia sangat baik untuk dihuni. Ini tidak hanya berlaku saat ini yang memungkinkan orang dapat bercocok tanam dan memperoleh hasil yang baik karena tanah subur dan air yang berlimpah, tetapi juga pada masa lampau, sebagaimana terbukti dengan temuan fosil manusia purba di beberapa tempat di Indonesia. Maka, Indonesia penting dalam dunia paleoantropologi sebagai salah satu pusat buaian peradaban manusia di dunia. Semua kepentingan dan keunikan geologi Indonesia ini timbul karena latar belakang perkembangan tektonik wilayah Nusantara. Di sinilah wilayah tempat saling bertemunya tiga lempeng besar dunia yang menghasilkan deretan busur kepulauan dan jajaran gunung api, tanah yang subur, pemineralan yang kaya dan khas, pengendapan sumber energi yang melimpah, dan rupa bumi yang menakjubkan.

Sumber
julius@student.uns.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar