SMPN 21 SURAKARTA
Sejarahnya, sekolah ini dibangun diatas kebon kosong yang sebagian adalah kuburan yang terbengkalai. Semenjak sekolah ini dibangun sudah muncul kisah mistis bagi banyak orang yang beraktifitas di dalamnya. Berkali-kali ada anak kecil terlihat seperti mengobrol dengan temannya di area kuburan yang kebetulan masih tersisa disitu. Padahal disitu tidak ada siapapun.
Penampakan-penampakan pun juga sering muncul. Dari tuyul, kuntilanak, pocong, genderuwo, dan diyakini ada sosok wewe gombel disitu. Pernah suatu ketika ada anak hilang disitu saat maghrib tiba, tetapi ditemukan dua hari berikutnya dalam keadaan linglung. Ada pula seorang anak kecil yang menari diatas balkon loteng sekolah seakan bernari dengan teman sebayanya, padahal disitu tidak ada orang dan tidak ada pagar pembatas. Untung saja beberapa masyarakat berhasil menyelamatkannya.
Bagi para penjaga sekolahan, hal itu sudah menjadi kebiasaan. "Tindihen" dan melihat penampakan makhluk halus ketika tidur sudah menjadi hal lumrah. Hal tersebut menandakan kalau ada "pesan" yang mau mereka sampaikan oleh sang penghuni lama. Setelah itu biasanya ada kejadian tak terduga yang terjadi seperti anak yang jatuh dari tangga ataupun kesurupan massal.
SMPN 4 SURAKARTA
Hal ganjil yang sering ditemui di sekolah ini seringkali dijumpai di tangga ujung bagian utara. Para siswa seringkali menemui sosok bayangan hitam yang berjalan keatas masuk ke kamar mandi yang kebetulan sangat dekat dengan anak tangga. SMPN 4 memiliki aula bertingkat yang juga seringkali muncul beberapa penampakan. Dari beberapa sumber menyebutkan adanya penampakan nenek tua yang berbusana jawa, ular naga, hingga suster ngesot.
Tetapi banyak sumber menyebutkan bahwa raja dari penunggu area ini adalah sosok laki-laki berjubah dengan mata yang sangat besar seperti burung hantu. Maka dari itu, banyak yang menghubungkan sosok penunggu ini dengan logo SMPN 4 yaitu burung hantu.
Ruang gamelan pun juga kadang berbunyi sendiri di siang hari meskipun sudah dibangun masjid di dekatnya. Kadang pulang banyak dari siswa yang pulang larut mendengar suara anak kecil berlarian di lantai 2. Dahulu, seringkali pengguna jalan sering melihat sosok tinggi besar hitam dan membawa tombak di pohon beringin dekat pintu masuk.
SMPN 10 SURAKARTA
Sejak jaman dahulu, aura mistis sebenarnya sudah kental di daerah ini. Karena memang daerah ini sangat berdekatan dengan kraton Mangkunegaran. Tapi seiring berkembangnya jaman, beberapa ritual kebudayaan telah dilupakan. Meskipun demikian, beberapa penunggu tidak mengusik dan tak menuntut untuk dihormati. Justru menjaga daerah ini agar tetap aman dari gangguan spiritual. Maka dari itu, diharapkan semua warga dan tamu sekolah untuk tetap menjaga etika dan sopan santun di tanah "halus" ini.
SMPN 15 SURAKARTA
SMPN 15 adalah salah satu sekolah yang dibentuk pada jaman Jepang. Berdiri dengan nama Kogya Kokho, pada awalnya sekolah ini berlokasi di Baron, akhirnya sekolah ini menetap di kawasan Sriwedari sampai sekarang ini. Berdiri di atas tanah kerabat keraton bernama Kanjeng Tumenggung Purwonegoro.
Mempunyai bangunan yang terhubung dengan keraton menyebabkan bangunan ini mempunyai aroma mistis di beberapa sudutnya. Ruangan yang paling dominan hawa mistisnya adalah ruang gamelan. Menurut kesaksian alumni, pada malam tertentu akan terdengar suara gamelan dan beberapa pesinden menyanyikan tembang, padahal pada saat itu sekolah sudah tak berpenghuni karena malam sudah larut. Konon, gamelan yang berada di sekolah ini mempunyai penunggu yang sering "hidup" ketika malam hari.
Beberapa ruangan pun juga tak kalah seram. Beberapa alumni pernah melihat gumpalan air anyir merah seperti darah keluar dari lantai belakang sebuah kelas, namun ketika siswa melaporkan kejadian ini kepada guru tiba-tiba air itu hilang tak berjejak. Ada lagi mitos kuntilanak seram yang kadang menampakkan diri di halaman sekolah ini ketika beberapa siswa melakukan kegiatannya di malam hari, entah ketika mengambil buku yang tertinggal atau kegiatan lain. Bolpoin dan buku yang bergerak sendiri merupakan hal yang sering terjadi dari tahun ke tahun.
SMPN 13 SURAKARTA
Pertama, kita tilik gedung SMPN 13 yang berada di daerah Widuran. Gedung yang berada di samping gereja Keluarga Allah ini merupakan gedung bekas peninggalan seorang juragan tembakau pribumi yang baik hati. Tampak bangunan dengan campuran gaya Jawa dan Belanda masih dipertahankan sampai sekarang.
Kedua, gedung yang berada di jalan Urip Sumoharjo merupakan bangunan peninggalan saudagar Tionghoa. Meskipun terletak di jalan utama Solo, kedua gedung ini juga mempunyai cerita mistisnya. Menurut cerita beberapa alumni, sosok kakek dengan jarik dan telanjang dada sering muncul sekelebat di pojok-pojok gedung yang gelap di gedung Widuran. Meskipun demikian, sosok ini dipercaya sebagai penunggu lama gedung ini bukan sebagai lelembut yang mengganggu.
Gedung kedua pun juga tidak kalah seram. Di tahun 2017, beberapa siswa mengalami kesurupan secara bersamaan. Hal itu terjadi diduga karena pihak sekolah melakukan pemugaran di beberapa sudut sekolah yang masih "ditempati" oleh penunggu lama. Konon, sang penunggu yang berwujud perempuan berbusana Jawa dengan kaki seperti lembu ini marah dan meminta pasukannya untuk mengganggu beberapa murid di sekolah ini. Bahkan beberapa penunggu di sekitar sekolah ini juga ikut mengganggu pada waktu kejadian tersebut berlangsung.
SMPN 18 SURAKARTA
Bagi para alumni dari tahun ke tahun pasti mengenal sesosok makhluk hitam mata merah dengan badan kecilnya. Sosok yang mirip dengan kera ini sering menampakkan wujudnya di beberapa pohon dan atap gedung sekolah berupa kelebatan hitam atau bahkan berwujud kera dengan taring yang panjang ketika senja tiba. Konon, makhluk ini sebenarnya berasal dari tanah rendah yang berada tak jauh dari sekolah ini. Bahkan tanah tersebut sampai sekarang sama sekali tidak mengalami pembangunan.
Ada pula sosok kuntilanak yang ketika hendak muncul selalu menarik sang korban dengan bau wewangian. Menurut mitos yang ada, dahulu ada seorang dukun yang mencoba berkeluarga dengan kuntilanak. Tetapi seiring berjalannya waktu sang dukun meninggal tanpa sebab dan konon paku sang kuntilanak yang disimpan sang dukun dikubur oleh kerabat sang dukun di salah satu area di sudut sekolah ini. Hal tersebut yang membuat sang kuntilanak menjadi makhluk yang sangat sulit untuk diusir dari sekolah ini oleh beberapa pihak. Bahkan sang kuntilanak sering menggoda beberapa pengemudi motor yang lewat.
SMPN 14 SURAKARTA
Sejarah tanah dimana sekolah ini berdiri, tidak jauh berbeda dengan SMAN 3. Dahulu, tanah sekolah ini merupakan tanah pemakaman pengusaha Belanda dan beberapa tentara kompeni. Ketika sekolah ini hendak dibangun, beberapa makam harus dibongkar. Sayangnya, karena beberapa makam yang terbengkalai menyebabkan terdapat jenazah yang tertinggal. Konon, jenazah tersebut masih tertanam di dalam salah satu ruangan kelas.
Kegiatan astral sekolah ini sebenarnya masih dalam keadaan yang tidak membahayakan. Kegiatan belajar mengajar di siang hari masih tampak seperti biasa. Namun menurut para alumni beberapa hal yang tak wajar dimulai ketika bakda ashar telah berlalu dan menuju puncaknya ketika tengah malam. Wajar jika cerita mistis beredar di kala murid-murid tengah melakukan kegiatan ekstrakurikuler ataupun ketika menginap di sekolah ini.
Penampakan hantu Belanda berwujud wanita bule dengan keranjang bunga sering terlihat berjalan di sudut-sudut taman dan di kamar mandi lantai dasar. Bahkan di awal tahun 90an terdapat kejadian yang masih menjadi misteri sampai sekarang, dimana air dikamar mandi yang tiba-tiba berwarna merah dan berbau amis. Kabarnya peristiwa tersebut terjadi selama berminggu-minggu.
Namun, sosok yang paling fenomenal adalah seorang kakek bungkuk beruban yang sering menggangu ketika siswa melakukan kegiatan sampai malam hari. Seringkali, si kakek membuat beberapa siswa linglung hingga kesurupan. Konon, si kakek ini sering meminta sesaji ketika para murid melakukan kegiatan di malam hari jika tidak, sang penunggu ini akan meminta makhluk lain untuk sama-sama mengganggu kegiatan tersebut.
Tidak hanya sosok kakek tua, sosok seperti genderuwo dan pocong juga sering mampir di gedung sekolah ini. Meskipun sering menggangu, makhluk-makhluk ini tidak memberikan efek negatif yang berkelanjutan.
Meskipun demikian, mitos tetap mitos. Tidak ada yang tahu kepastiannya. Apakah itu nyata atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar