Ilmuwan
Newton telah menjelaskan adanya sifat pemantulan dan pembiasan dari cahaya yang
percobaannya pernah dilakukan pada tahun 1620-an. Christian Huygens dengan
percobaannya, menjelaskan bahwa cahay seperti halnya charakter, dimana cahaya
yang dilewatkan pada celah sempit , maka pada celah tersebut seolah olah akan
bertindak sebagai sumber yang baru. Keadaan ini yang dikenal sebagai prinsip
Huygens. Tahun 1803, Thomas Young memperlihatkan adanya peristiwa interferensi
cahaya. Percobaan ini mendukung adanya sifat bahwa cahaya adalah merupakan
gelombang. Perkembangan teori ini mencapai puncaknya setelah Maxwell menemukan
teory Unified tentang penjalaran gelombang elektromagnetik.
Cahaya
memancarkan sinarnya berasal dari sumber titik. Dari sumber ini cahaya memancar
ke segala arah dengan muka gelombangnya berbentuk bola. Kulit bola berada pada
satu muka gelombang.
Untuk
cahaya yang diteruskan ke medium kedua, akan mengalami pembelokan arah jalar.
peristiwa ini disebut pembiasan atau refraksi.
Jika
kita melihat benda yang berada didalam air maka benda akan kelihatan lebih
dekat. hal ini karena peristiwa pembiasan (refraksi). Peristiwa pembiasan ini
disebabkan oleh perbedaan kecepatan jalar cahaya di udara dan di medium lain,
misalkan air, kaca. Prinsip ini dapat dikonstruksikan dengan menggunakan
prinsip Huygens. Karena kecepatan jalar cahaya di kedua medium berbeda, maka dalam
waktu yang sama jarak antara muka gelombang yang satu dengan yang berikutnya
pada kedua medium akan berbeda. Untuk di medium 1 , maka dalam waktu t adalah
V1 t, sedangkan untuk mediaum 2, adalah V2 t. Hukum pembiasan Snellius dapat
diperoleh langsung dari prinsip Huygens.
Perlu
diketahui , bahwa ketika cahaya merambat dari satu medium ke medium lain, maka
frekwuensinya tidak berubah., tetapi panjang gelombangnya berubah. Hal ini
nampak pada gambar P10.1. Jika t = periode gelombang, maka V1 T = λ1, dan V2 T
= λ2.
Salah
satu sifat gelombang adalah dapat mengalami peristiwa interferensi. Seperi
halnya untuk gelombang yang lain, cahaya dapat mengalami interferensi. Pola
interferensi ini terlihat dalam pola garis gelap-terang-gelap-terang.. dst.
Jika cahaya didatangkan pada penghalang, yangmempunyai dua celah kecil, maka
kedua celah ini akan bertindak sebagai sumber gelombang . (prinsip Huygens).
Kedua sumber gelombang ini akan berinteferensi. Interferensi akan saling
menguatkan dan saling melemahkan. Interferensi yang menguatkan menghasilkan
pola terang, sedangkan interferensi yang melemahkan akan menghasilkan pola
gelap.
Interferensi
menguatkan diperoleh jika terdapat berbedaan antara lintasan optik dari kedua
sumber
Untuk
interferensi maksimum atau menguatkan :
d
= ( 2 n ) x . 1/2 λ bilangan genap x 1/2 λ
Untuk
interferensi minimum atau melemahkan :
d
= (2 n +1 ) 1/2 λ bilangan ganjil x 1/2 λ
Pola
interferensi , tidak hanya terjadi seperti kasus diatas. Interferensi cahaya
dapat terjadi dari bermacam cara, diantaranya terjadi akibat lepisan tipis
misalnya Cincin Newton.. Cincin Newton terjadi jika cahaya datang pada sistem
lensa cembung yang ditempatkan mendatar, dengan bagian kelengkungannya
menghadap ke bawah .
Cahaya
polychromatis adalah cahaya yang mempunyai bermacam-macam panjang gelombang.
Jika cahaya ini didatangkan pada sisi prisma, maka akibat adanya perbedaan
indeks bias dari masing-masing panjang gelombang, maka cahaya yang keluar
mengalami peristiwa penguraian atau lebih dikenal sebagai peristiwa dispersi.
Cahaya
putih merupakan campuran dari semua panjang gelombang cahaya tampak. Ketika
cahaya ini jatuh pada sisi prisma, panjang gelombang yang berbeda ini
dibelokkan dengan derajat yangberbeda pula, sesuai dengan hukum Snellius. karena
indeks bias yang lebih besar untuk panjang gelombang yang lebih pendek, maka
cahaya ungu akan dibelokkan paling jauh dan merah akan dibelokkan paling dekat.
Contoh
yang sering dijumpai dalam peristiwa dispersi adalah pelangi, yang timbul di
alam. Pada sore hari, matahari berada di sebelah barat kita, dan jika terjadi
hujan di belahan barat kita, maka akan nampak pelangi di langit bagian timur
kita.
Spektrometer
adalah alat yang dipakai untuk mengukur panjang gelombang cahaya dengan akurat
yaitu dengan menggunakan kisi difraksi. atau prisma untuk memisahkan panjang
gelombang cahaya yang berbeda.
Prinsip
kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di datangkan lewat celah sempit yang
disebut kolimator. Kolimator ini merupakan focus lensa, sehingga cahaya yang
diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar, kemudian diteruskan ke
kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskope yang posisinya dapat digerakkan.
Pada posisi teleskope tertentu yaitu pada sudut θ, merupakan posisi yang sesuai
dengan terjadinya pola terang (pola maksimum), maka hubungan panjang gelombang
cahaya memenuhi persamaan :
θ=λ
md Sin
dimana
m adalah bilangan bulat yang merepresentasikan orde, dan d harak antara
garis-gartis pada kisi. Dengan mengukur nilai θ, maka nilai panjang gelombang
(λ) dari cahaya dapat diukur.
Alat
ini juga dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya jenis-jenis molekul
tertentu pada specimen lanoratorium dimana analisa kimia tidak dapat dipakai.
Peristiwa
pengkutuban arah getar dari gelombang disebut polarisasi. Karena cahaya adalah
gelombang elektromagnetik dimana mempunyai arah getar yang tegak lurus arah
penjalaran, maka cahaya dapat mengalami polarisasi. Hal ini telah diterangkan
oleh Teori maxwell mengenai cahaya sebagai gelombang elektromagnetik ,. Dalam
teorinya Maxwelkl meramalkan bahwa peristiwa polarisasi cahaya menghasilkan
arah getar yang diambil sebagai vektor medan
listrik.
Alat
yang dapat dipakai untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi bidang dari cahaya
yang tidak terpolasrisasi karena hanya komponen cahaya yang paralel dengan
sumbu yang ditransmisikan disebut Polaroid.
Fungsi
lain dari polaroid dalah dapat dipakai untuk menentukan apakah cahaya
terpolarisasi, apa bidang polarisasinya,
Polarisai
juga dapat terjadi dari peristipa pantulan. Ketika cahaya datang pad apermukaan
non logam pada sembarang sudut (asal tidak tegak lurus), berkas pantulan
terpolarisasi telah terpolarisasi lebih dahulu pada bidang yang sejajar
permukaan. Ini berarti komponen yang tegak lurus bidang permukaan telah diserap
atau ditransmisikan.
Besarnya
polarisasi pada berkas pantulan bergantung pada sudut datang cahaya. Sudut ini
yang disebut sudut polarisasi, yang nilainya memenuhi persamaan :
Sudut
ini etrjadi jika θp + θr = 90o.
dimana
n1 adalah indeks bias materi dimana cahaya datang, dan n2 adalah indeks bias
diluar materi.Jika indeks bias diluar materi n = 1, (untuk udara), maka
tan
θ = n1
Sudut
poalrisasi θP disebut sudut Brewster dan persamaan diatas disebut
hukum Brewster.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar